KONSEP DAN IMPLEMENTASI E-LEARNING

KONSEP DAN IMPLEMENTASI E-LEARNING
(Studi Kasus Pengembangan E-Learning di SMA N 1 Sentolo Yogyakarta)

          Posting hari ini adalah megenai konsep dan pelaksanaan E-Learning, Posting ini merupakan resume atas tugas yang diberikan oleh dosen Pembelajaran Teknik Informatika dan Komunikasi. Upaya pengembangan e-Learning di SMA N 1 Sentolo yang berhasil dilaksanakan pada bulan April 2009. Pembahasan utama dalam reseme ini meliputi latar belakang dan perkembangan e-Learning, tinjauan konseptual tentang e-Learning, ICT untuk mendukung proses pembelajaran, studi kasus pengembangan e-Learning menggunakan MOODLE, serta aspek yang terkait dengan pengembangan e-Learning.

PENDAHULUAN
Saat ini e-Learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-Learning di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas) maupun industri (Cisco System, IBM, HP, Oracle, dan lainya). E-Learning merupakan suatu jenis sistem pembelajaran yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. E-Learning adalah proses learning (pembelajaran) menggunakan/memanfaatkan Information and Communication Technology (ICT) sebagai tools yang dapat tersedia kapanpun dan di manapun dibutuhkan, sehingga dapat mengatasi kendala ruang dan waktu. E-Learning memberikan harapan baru sebagai alternatif solusi atas sebagian besar permasalahan pendidikan di Indonesia, dengan fungsi yang dapat disesuikan dengan kebutuhan, baik sebagai suplemen (tambahan), komplemen (pelengkap), ataupun substitusi (pengganti) atas kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selama ini digunakan (http://blog.unila.ac.id/, diakses tanggal: 10 Mei 2009). Untuk menerapkan e-Learning, minimal ada tiga komponen pembentuk e-Learning, yaitu:
1. Infrastruktur e-Learning
2. Sistem dan aplikasi e-Learning
3. Konten e-Learning
Mengiringi tren perkembangan dan kebutuhan e-Learning yang pesat maka diperlukan adanya sebuah standard yang berlaku umum. Untuk itu, beberapa lembaga telah melakukan upaya pengembangan standard untuk penerapan e-Learning, yaitu:
1.Airline Industry CBT Committee (AICC), dengan fokus standar pada pelatihan penerbangan, seperti tes, pelajaran, modul, dan lainya.
2. EDUCAUSE Institutional Management System Project (IMS), sebuah grup vendor yang
bekerja membangun standar untuk pekerjaan di AICC (www.imsglobal.org)
3. Advanced Distributed Learning (ADL), diinisiasi oleh pemerintah federal USA yang bekerja untuk mengembangkan SCORM.
4. Alliance of Remote Institutional Authoring and Distribution Network for Europe (ARIADNE), sebuah asosiasi industri yang memfokuskan pada isu-isu untuk standarisasi e-Learning.
5. IEEE Learning Technology Standards Committee (IEEE LTSC), merupakan standar
akreditasi di USA.
6. ISO/IEC JTC1 SC36 (ITLET), merupakan standar ICT untuk pembelajaran, pendidikan, dan pelatihan
7. Advanced Learning Infrastructure Consortium (ALIC), merupakan konsorsium di Jepang
untuk mempromosikan teknologi dan infrastruktur e-Learning.
8. e-Learning Consortium Japan (eLC), merupakan perusahan (vendor/user) yang berkerja untuk mempromosikan bisnis dan teknologi e-Learning di Jepang.

Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi e-Learning terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas
(classroom instruction), yaitu (Siahaan, 2004):
1. Suplemen (tambahan), yaitu apabila siswa mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, siswa yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan
2. Komplemen (pelengkap), yaitu apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada siswa yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat
tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar siswa semakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas.
3. Substitusi (pengganti), yaitu apabila e-Learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif model yang dapat dipilih, yakni:
\(1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional),
(2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan
(3)Sepenuhnya melalui internet. Sistem penyampaian (delivery system) isi dalam e‐Learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu komunikasi satu arah (one way communication) atau komunikasi dua arah (two way communication). Komunikasi atau interaksi antara instruktur dan siswa dalam proses pembelajaran memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-Learning, sistem komunikasi dua arah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Secara langsung (synchronous), artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid
dapat langsung mendengarkan.
2. Secara tidak langsung (a-synchronous), misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu
sebelum digunakan.

Perkembangan E-Learning
Di Indonesia, penerapan e-Learning berkembang sejalan dengan perkembangan infrastruktur ICT. Beberapa program pengembangan ICT khususnya infrasruktur di Indonesia adalah sebagai berikut (Purnomo, 2009):
1. 1999-2000: Jaringan Internet (Jarnet)
2. 2000-2001: Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
3. 2002-2003: Wide Area Network Kota (WAN Kota)
4. 2004-2005: Information and Communication Technology Center (ICT Center)
5. 2006-2007: Indonesia Higher Education Network (Inherent)
6. 2007-skrg: Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
7. 2008-skrg: Southeast Asian Education Network (SEA EduNet)
Dengan berkembanganya penggunaan internet, munculah situs e-Learning yang awalnya
menjadi media sharring berbagai materi pembelajaran, diantaranya http://www.ilmukomputer.org dan http://www.e-dukasi.net. Namun seiring dengan perkembangan infrastruktur ICT tersebut maka banyak institusi pendidikan mulai melakukan pengembangan e-Learning. Di level Perguruan Tinggi (PT), beberapa PT mengembangkan platform e-Learning sendiri, diantaranya UGM (http://elisa.ugm.ac.id/), Unissula Semarang (http://www.unissula.ac.id/sinau/), AMIKOM jogja (http://e-Learning.amikom.ac.id/), dan lainnya. Beberapa PT lain menggunakan platform MOODLE, diantaranya: ITB (http://kuliah.itb.ac.id/), UNPAR (http://e-Learning.unpar.ac.id/), Gunadarma (http://e-Learning.gunadarma.ac.id/), ITS (http://share.its.ac.id/), Unibraw (http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/), Unitomo (http://e-Learning.unitomo.ac.id), IST AKPRIND (http://e-Learning.akprind.ac.id/), dan lainnya.

PEMBAHASAN
Posting ini merupakan resume atas upaya pengembangan e-Learning di SMA N 1 Sentolo yang berhasil dilaksanakan pada bulan April 2009. Pembahasan utama dalam makalah ini meliputi latar belakang dan perkembangan e-Learning, tinjauan konseptual tentang e-Learning, ICT untuk mendukung proses pembelajaran, studi kasus dan pengembangan e-Learning menggunakan MOODLE, serta aspek yang terkait dengan pengembangan e-Learning.

Kondisi Awal
Sistem pembelajaran di SMA N 1 Sentolo masih menggunakan metode konvensional yaitu pembelajaran pada satu tempat atau dalam satu kelas, sekolah ini telah memiliki 2 unit laboratorium komputer dengan jumlah PC sebanyak 40 yang terkoneksi ke jaringan internet, dan lebih dari 10 orang guru memiliki kemampuan penggunaan komputer dan akses internet yang sangat memadai yang dapat menjadi motor penggerak penerapan e-Learning. Keberadaan peralatan komputer dan koneksi internet saat ini dirasakan masih belum optimal. Kondisi ini mendorong pihak sekolah untuk merintis pengembangan e-Learning dan akan terus ditingkatkan ketersediaan dan pemanfaatannya. Untuk alasan keterbatasan anggaran, kemudahan pengaturan, kemudahan penggunaan, dan kelengkapan fitur, maka engembangan e-Learning dilakukan dengan menggunakan LMS yang berbasis open source, yaitu MOODLE.

Pemodelan E-Learning
Model Proses Global E-Learning
Model merepresentasikan sebuah realitas dalam dunia nyata. Model proses global merupakan salah satu cara untuk menstrukturkan permasalahan-permasalahan yang enunjukkan kebutuhan dokumen bisnis atau perancangan teknik. Model logikal (conceptual model atau business model) dapat digunakan untuk menunjukkan tentang “apa” mengenai sistem yang dimodelkan dan diimplementasikan secara “independen” terhadap implementasi tekniknya. Model logikal merupakan sebuah teknik untuk mengorganisasikan dan mendokumentasikan struktur dan aliran data melewati sebuah “proses” dalam sistem dan/atau
logika kebijakan atau prosedur yang akan diimplementasikan dengan “proses” dalam sistem. Model logikal ditunjukkan dengan diagram aliran data (DAD) yang berupa DAD global context diagram) dan DAD level yang lebih rendah (Leveled DAD).

Class Diagram
Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan object serta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, lain-lain. Class diagram terdiri dari relasi beberapa class, dalam class itu sendiri terdiri dari atributte dan operation yang menggambarkan keadaan suatu sistem juga menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi).

Use Case Diagram
Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Use case diagram terdiri dari use case dan actor yang direlasikan dengan garis association. Use case mempresentasikan sebuah interaksi antara actor dengan sistem. Actor adalah sebuah entitas yaitu manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan tertentu. Use case diagram untuk e-Learning SMA N 1 Sentolo ini terdiri dari 5 class yaitu E-Learning Galasta, Admin, Instruktur, Siswa, serta Kategori Kelas, memiliki 11 use case yaitu pembelajaran online, profile SMA, insert data, upload data, delete data, membuat kuis, join forum, chatting, upload materi, download materi, upload nilai, serta lihat nilai, dan 4 buah actor yaitu e_galasta, admin, instruktur, dan siswa

Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan interaksi antar object di dalam dan di sekitar sistem, berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Message digambarkan sebagai garis dengan mata panah dari satu object ke object lainnya. Selanjutnya message akan dipetakan menjadi operasi/metoda dari class. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (object yang terkait). Sequence diagram juga biasa digunakan untuk menggambarkan skenario yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Sequence diagram untuk e-Learning SMA N 1 Sentolo terdiri atas sequence diagram admin, sequence diagram instruktur, dan sequence diagram siswa, serta sequence diagram tamu

Collaboration Diagram
Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar object seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-masing object dan bukan pada waktu penyampaian message. Setiap message memiliki squence number, dimana message level tertinggi memiliki nomor 1,dan message pada level yang sama memiliki prefiks yang sama. Collaboration diagram untuk e-Learning SMA N 1 Sentolo terdiri atas collaboration diagram admin, collaboration diagram instruktur , dan collaboration diagram siswa, serta collaboration diagram tamu.

Activity Diagram
Activity diagram menggambarkan aliran aktivitas dalam sistem, bagaimana masing-masing aliran dimulai, keputusan yang mungkin terjadi, dan bagaimana aktivitas berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses pararel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram dapat dibagi menjadi beberapa swimlane object untuk menggambarkan object mana yang bertanggung jawab untuk aktivitas tertentu. Activity diagram untuk e-Learning SMA N 1 Sentolo terdiri atas activity diagram admin , activity diagram instruktur, dan activity diagram siswa, serta activity diagram tamu

Diagram Alir Proses Login E-Learning
Proses Login e-Learning bertujuan untuk menentukan otorisasi user. Dengan demikian sistem dapat membedakan, apakah user tersebut adalah admin, instruktur, siswa, atau tamu. User memasukkan username dan password pada kotak login, kemudian sistem akan melakukan autentifikasi untuk menentukan keabsahan username dan password.

Diagram Alir Proses Olah Data dengan MOODLE
Pada prinsipnya proses olah data pada sistem e-Learning dengan MOODLE meliputi proses tambah data, simpan data, ubah data, dan hapus data. Secara umum diagram alir proses olah data adalah sama, yang membedakan hanyalah data yang diolah.

Tampilan Hasil Halaman Utama Web
Setiap pengunjung dapat mengakses e-Learning SMA N 1 Sentolo dengan menggunakan aplikasi web browser, seperti Internet Explorer, Mozilla, Opera. Pengunjung harus terdaftar menjadi anggota di e-Learning SMA N 1 Sentolo, baik sebagai admin, instruktur, siswa agar dapat mengakses secara penuh di e-Learning ini.

Halaman utama e-Learning menampilkan combobox pilihan bahasa, block menu utama, block login, block kategori pelajaran yang dikelompokan berdasarkan kelas, block pesan, block jam-kalender, dan textbox pencarian pelajaran. Combobox pilihan bahasa menyediakan dua pilihan bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. Block login berfungsi sebagai gerbang akses bagi semua pengunjung. Block login secara otomatis akan mengenali user beserta hak aksesnya dalam sistem, apakah sebagai admin, instruktur, siswa atau tamu. Tampilan halaman utama menampilkan informasi tentang e-Learning SMA N 1 Sentolo, dan setelah user berhasil melakukan login (admin, instruktur atau siswa) akan ditampilkan kategori kelas yang ada di e-Learning.

Kelebihan dan Kelemahan Penerapan E-Learning
Menurut Effendi dan Zhung (2005) e-Learning telah dapat diterima dan diadopsi dengan cepat karena pengguna termotivasi dengan keuntungannya, antara lain:
1. Efisiensi biaya, e-Learning mampu menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh organisasi karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengadaan peralatan kelas, seperti ruang kelas, papan tulis, projector, alat tulis, dan lainnya.
2. Efektifitas pembelajaran, e-Learning merupakan hal baru yang menarik dapat memotivasi siswa untuk mencobanya, sehingga jumlah peserta dapat meningkat. E-Learning yang didesain dengan desain intruksi yang menarik dan dilengkapi materi berbasis multimedia dapat meningkatkan pemahaman isi pelajaran.
3. Fleksibilitas waktu, e-Learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajarnya karena dapat mengakses pelajaran kapanpun diinginkan.
4. Fleksibilitas tempat, e-Learning membuat pelajar dapat mengakses pelajaran di mana saja,
selama komputer terhubung dengan jaringan internet.
5. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran, e-Learning dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing siswa.
Penerapan sistem pembelajaran berbasis e-Learning juga masih menghadapi permasalahan, diantaranya:
1. Masalah kesiapan institusi, penerapan e-Learning menuntut kesiapan institusi atas segala konsekuensinya. Institusi harus menyiapkan perangkat kebijakan dan peraturan untuk penerapan e-Learning, termasuk biaya.
2. Masalah kesiapan instruktur, permasalahan pada instruktur bukan hanya terletak pada kesiapan untuk mengubah sistem pembelajaran konvesional ke e-Learning. Instruktur harus siap untuk bekerja lebih keras karena harus mengelola dan memelihara e-Learning. Masalah lainnya adalah kemampuan pemanfaatan ICT yang belum merata.
3. Masalah kesiapan siswa, siswa dituntut mampu memotivasi diri sendiri agar mau belajar mandiri (self-learning). Sedangkan, sebagian besar siswa di Indonesia memiliki motivasi belajar yang lebih banyak tergantung kepada instruktur. Kemampuan pemanfaatan ICT juga masih kendala, terutama pada siswa yang ada di daerah pelosok. Sebagai catatan, menurut sebuah studi pada tahun 2000 yang dilakukan oleh Forrester Group kepada 40 perusahaan besar di Amerika menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja (lebih dari 68%) menolak untuk mengikuti pelatihan atau kursus yang menggunakan konsep e-Learning. Ketika e-Learning itu diwajibkan kepada mereka, 30% menolak untuk mengikutinya (Dublin & Cross, 2003). Hasil studi lainnya mengindikasikan bahwa dari orang-orang yang mendaftar untuk mengikuti e-Learning, 50-80% tidak pernah menyelesaikannya sampai akhir (Delio, 2000) ((http://romisatriawahono.net/, diakses tanggal: 10 Mei 2009)).
4. Masalah biaya investasi, walaupun e-Learning dapat menghemat banyak biaya, tetapi institusi harus mengeluarkan biaya investasi awal yang cukup besar untuk menerapkan e-Learning. Biaya investasi ini dapat berupa biaya desain dan pembuatan program LMS, biaya pembuatan materi pelajaran, dan biaya lainnya seperti sosialisasi, pelatihan, promosi,dan lainnya.
5. Masalah teknologi, karena teknologi bisa beragam, maka ada kemungkinan teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada dan terjadi konflik teknologi, sehingga e-Learning tidak berjalan dengan baik.
6. Masalah infrastruktur, insfrastruktur jaringa internet belum menjangkau seluruh wilayah di Indonesia, akibatnya belum semua orang atau wilayah dapat merasakan e-Learning dengan internet.
7. Masalah materi pembelajaran, walaupun e-Learning menawarkan berbagai fungsi, ada sejumlah materi yang tidak dapat diajarkan melalui e-Learning. Pelatihan yang memerlukan banyak kegiatan fisik, seperti praktek perakitan hardware, masih sulit disampaikan secara sempurna melalui e-Learning.
8. Belum memadainya perhatian dari berbagai pihak terhadap penerapan pembelajaran terbuka dan jarak jauh (Open and Distance Learning/ODL) melalui internet.

Kelebihan dan Kelemahan LMS MOODLE
MOODLE sebagai sebuah pilihan LMS, memberikan beberapa kelebihan, antara lain:
1. Kelengkapan fitur, MOODLE menyediakan fitur yang lengkap untuk sebuah proses pembelajaran, meliputi fitur untuk komunikasi (chatting, messaging, atau forum), fitur untuk pembuatan dan administrasi materi pembelajaran, fitur untuk melacak dan mengikuti perkembangan proses pembelajaran (tracking data) dengan user interface yang mudah dipahami, fitur untuk perluasan fitur (ekstensibilitas plugin) yang fleksibel dengan dukungan fasilitas dokumentasi API (guideline, dan template untuk programming).
2. Kemudahan penggunaan, karena hampir seluruh komponen dalam MOODLE dapat diatur secara luar dan fleksibel sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan proses pembelajaran di masing-masing institusi.
3. Potensi penerapan, MOODLE dapat diterapkan pada hampir seluruh jenjang pendidikan (penerapan pada pendidikan pra sekolah dan sekolah dasar hanya bisa difungsikan sebagai pelengkap) dan berbagai jenis pelatihan.
4. Tersedia secara gratis, sebagai perangkat-lunak open source (di bawah lisensi GNU Public License), MOODLE memberikan kebebasan untuk mengkopi, menggunakan, dan memodifikasinya.
5. Dapat langsung bekerja tanpa harus melakukan modifikasi pada sistem operasi Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware, dan sistem lainnya yang mendukung PHP, termasuk pada sebagian besar provider web hosting dengan basisdata terbaik bagi MOODLE adalah MySQL.
6. Disediakan mengikuti konsep pembelajaran yang komprehensif dan fleksibel.
Kekurangan yang masih dijumpai pada LMS MOODLE antara lain:
1. Tidak selalu mendukung terhadap web browser yang ada, sekalipun dapat diperbaharui dengan cara men-download aplikasi MOODLE yang terbaru.
2. Pada pilihan bahasa masih ada beberapa bagian dalam tampilan e-Learning yang tidak dapat dirubah.

DAFTAR PUSTAKA
Ana Hadiana dan Elan Djaelani, Sistem Pendukung e-Learning di Web, diakses dari:
http://www.lib.itb.ac.id/, tanggal: 10 Mei 2009.
Feri Yunus Madao, Sejarah Perkembangan E-Learning, diakses dari: http://e-
dufiesta.blogspot.com/, tanggal: 10 Mei 2009.
Fino Yurio Kristo, 2008, Apa Kendala E-Learning di Indonesia?, diakses dari:
http://rijal28.wordpress.com/, tanggal: 10 Mei 2009.
Anonim. https://pmptikpbiums.wordpress.com/ diakses pada Minggu, 13 Desember 2015 pukul 20.30 wib

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *