Prosa merupakan karya sastra yang cukup tua, di samping puisi. Prosa merupakan kelanjutan bentuk-bentuk penulisan kisah, hikayat, sejarah, tambo, riwayat, dan lain-lain. Penulisan bentuk sejarah dan kisah yang dipadu dengan cara penulisan fiksi (prosa fiksi) dimulai oleh Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang menulis: Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah, dan Sejarah Melayu.
ANGKATAN BALAI PUSTAKA
- Pendukung angkatan ini adalah kaum muda terdidik yang mendapat didikan Barat.
- Mereka ini pada awalnya diarahkan untuk menjadi ambtenaar (pegawai negeri) yang trampil dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda.
- Namun ternyata kaum muda ini menjadi sadar akan kenyataan bangsanya yang terjajah.
- Konflik yang terjadi antara kaum muda dengan masyarakatnya berpangkal pada kesadaran mereka akan ketertinggalan bangsanya dalam berbagai bidang yang disebabkan oleh kungkungan adat, tradisi, dan berbagai macam penghambat kemajuan.
- Beberapa novel menyorot dengan tajam konflik sosial-politik-ekonomi yang terjadi pada masa itu. Novel-novel tersebut adalah: Siti Nurbaya (Marah Rusli), Salah Asuhan (Abdul Muis), dan Hulubalang Raja (Nur Sutan Iskandar).
- Masalah politik dan adat serta tradisi dengan gamblang diungkap di dalam Siti Nurbaya dan Hulubalang Raja.
- Masalah perkawinan antarsuku dan antar-bangsa digarap dengan bagus oleh Abdul Muis di dalam Salah Asuhan.
- Dalam ketiga novel tersebut, juga dalam novel-novel yang lain, konflik sosial, konflik psikologis, suasana masa digarap dengan sangat mendalam sehingga ketiga novel ini dapat dikatakan sebagai tanda-tanda zamannya, saksi sejarah yang dilaluinya.
- Beberapa novel lain cukup menonjol: Lahami (Marah Rusli); Pertemuan Jodoh, Surapati (Abdul Muis); Jangir Bali, Apa Dayaku Karena Aku Perempuan, Mutiara, Cobaan (Nur Sutan Iskandar); Ni Rawit Ceti Penjual Orang, Sukreni Gadis Bali, I Swasta Setahun di Bedahulu (I Gusti Nyoman Panji Tisna); Si Cebol Rindukan Bulan (Tulis Sutan Sati).