“Hati adalah segalanya” atau “Hati adalah jiwa” demikian beberapa kata indah tentang hati. Bahkan beberapa orang dengan gagahnya mengatakan bahwa apa yang disampaikannya adalah suara hatinya yang paling dalam. Dia tidak menyebut apa yang yang disampaikannya sebagai buah pikirannya yang paling dalam.
Facebook selalu nanya ‘what’s on your mind?’ bukan nanya ‘what’s in your heart’? Apa facebook gak ngerti urusan hati ya. Apa sebaliknya, orang telah salah persepsi tentang apa itu hati? Maksudnya pikiran eh malah merujuknya ke hati, mungkin saja bukan?
Mari kita perhatikan kata-kata bijak berikut ini:
“Perhatikanlah hatimu karena ia akan menjadi fikiranmu
Perhatikanlah fikiranmu karena ia akan menjadi perkataanmu
Perhatikanlah perkataanmu karena ia akan menjadi perbuatanmu
Perhatikanlah perbuatanmu karena ia akan menjadi kebiasaanmu
Perhatikanlah kebiasaanmu karena ia akan menjadi karaktermu
Dan ……………
Perhatikanlah karaktermu karena ia akan menjadi lintasan hatimu”
Lagi-lagi, awalnya dari hati terus baru masuk ke pikiran.
Jadi….., apa itu pikiran dan apa itu hati? Apa bedanya sih? Kenapa pula ada keterangan agama bahwa Tuhan-lah yang membolak-balikan hati?
Jagalah hati, jangan kau kotori
Jagalah hati, jangan poligami…
Kenapa lagunya ‘jagalah hati’ bukan ‘jagalah pikiran’? Kenapa brand image-nya manajemen qolbu/hati bukan manajemen pikiran. Apa hebatnya fungsinya hati ini, sampai orang-orang sibuk mengurus hati, mendewakan hati, seolah-olah hati itu segala-galanya bagi tubuh kita.
Hati secara biologis
Secara bilogis kata ‘hati’ merujuk pada organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk menyaring racun di dalam darah dan menghasilkan empedu. Kata ‘hati’ juga kadang merujuk pada organ jantung, misalnya pada kata ”Hatinya berdebar-debar”. Sebenarnya, jantunglah yang berdebar-debar bukan hati.
Hati secara metaforis
“Hati-hati jaga hati”. “Hati-hati nanti jatuh hati.” “Niat itu adanya di dalam hati”. Begitulah, kata hati memang bisa juga bermakna metaforis. Umumnya merujuk pada apa yang disebut batin. Tapi, apapula itu batin? Padahal, secara faktual tidak ada fungsi hati untuk berpikir, fungsi hati salah satunya adalah untuk detoksifikasi.
Jadi, kata ‘hati’ pada kalimat “Hati-hati jaga hati”. “Hati-hati nanti jatuh hati.” “Niat itu adanya di dalam hati” sangat mungkin makna sebenarnya adalah merujuk pada fungsi otak sebagai tempat berpikir. Jadi, kalimat ‘jagalah pikiran’ mungkin itu lebih tepat dibanding ‘jagalah hati’.
Jagalah hati, jangan kau kotori
Jagalah hati, lentera hidup kita nanti..
Sumber referensi:
www.kompasiana.com