Sejarah dan Aliran Linguistik

BAB 8.
SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK

Studi linguistik telah mengalami 3 tahap perkembangan, yaitu:

  • · Spekulasi: pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris melainkan pada dongeng/rekaan belaka.
  • · Klasifikasi dan Observasi: mengadakan pengamatan, penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki.
  • · Perumusan teori: pembuatan teori-teorinya.

Dalam sejarah perkembangannya linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang sangat ruwet. Berikut ini akan dibicarakan sejarah, perkembangan, paham, dan beberapa aliran linguistik dari jaman purba sampai jaman mutakhir secara sangat singkat.

1. LINGUISTIK TRADISIONAL

Linguistik tradisional sering dipertentangkan dengan tata bahasa struktural, bedanya tata bahasa tradisional menganalisis bahasa pada filsafat dan semantik sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur/ciri formal yang ada pada suatu bahasa tertentu. Bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional akan dibicarakan berikut ini:

A. Linguistik Zaman Yunani (abad ke 5 SM – bad ke 2 SM)

Yang menjadi pertentangan saat itu adalah:

  • · Pertentangan antara fisis dan nomos. Bersifat fisis maksudnya bahasa itu mempuyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri, konvensional artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi/kebiasaan.
  • · Pertentangan analogi dan anomali. Kaum analogi (Plato dan Aristoteles) berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali sejalan dengan koum konvensional.

Kaum/tokoh pada jaman Yunani:

a. Kaum Sophis (abad ke 5 SM)

Mereka dikenal karena:

* Mereka melakukan kerja secara empiris,

* Melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu,

* Mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa,

* Membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.

Tokohnya: Protogoras membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Gregorias membicarakan tata bahasa.

b. Plato (429 – 347 SM)

* Memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoag. Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional.

* Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perencanaan anomata dan rhemata.

* Dialah orang yang pertamakali membedakan kata anoma dan rhema.

Anoma (anomata):

î Nama (dalam bahasa sehari-hari)

î Nomina (dalam istilah tata bahasa)

î Subjek (dalam hubungan subjek logis)

Rhema (Rhemata):

î Ucapan (dalam bahasa sehari-hari)

î Verba (dalam istilah tata bahasa)

î Predikat (dalam hubungan predikat logis)

c. Aristoteles (384 – 322 SM)

* Membagi kata dalam 3 kelas kata, yaitu anoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Syndesmoi itu lebih kurang sama dengan preposisi dan konjungsi yang sekarang kita kenal.

* Membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi 3 yaitu maskulin, feminin, dan neutrum.

d. Kaum Stoik (abad ke – 4 SM)

* Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.

* Menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa.

* Membedakan 3 komponen utama dari studi bahasa, yaitu 1) tanda, simbol, sign, atau semainon, 2) makna, apa yang disebut smainomen/lekton, 3) hal-hal di luar bahasa yakni benda-benda/situasi.

* Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian fonologi tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna.

* Mereka membagi jenis kata menjadi empat yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah.

* Membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek. Serta kata kerja aktif dan pasif.

e. Kaum Alexandrian

Kaum ini menganut paham analogi dalam studi bahasa, menghasilkan buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thrax dan diterjemahkan oleh Remmius Palaemon dengan judul Ars Grammatika. Buku inilah yang kemudian dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Karena sifatnya mentradisi maka buku-buku tata bahasa kini disebut dengan nama tata bahasa tradisional. Jadi, cikal bakal tata bahasa tradisional itu berasal dari buku Dionysius Thrax.

Di India pada tahun 400 SM Panini seorang sarjana Hindu membuat buku dengan judul Adtdyasi merupakan deskripsi lengkap bahasa Sansekerta yang pertama kali ada. Oleh karena itu Leonard Bloomfield, tokoh linguis struktural Amerika menyebut Panini sebagai One of The Greatest Monuments of The Human Intelligence.

B. Zaman Romawi

Merupakan kelanjutan dari jaman Yunani. Tokoh pada jaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 SM) dengan karyanya, De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.

a. Varro dan “De Lingua Latina”

Dalam buku ini Varro masih membahas masalah analogi dan anomali seperti pada jaman Stoik di Yunani. Dibagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, sintaksis.

b. Tata bahasa Priscia

Dianggap sangat penting karena:

* Merupakan buku tata bahasa Latin paling lengkap yang dituturkan pembicara aslinya.

* Teori-teori tata bahasa yang merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahasa secara tradisional.

Segi yang dibicarakan dari buku itu adalah: (i) fonologi dibicarakan mengenai huruf/tulisan yang disebut literae/bagian terkecil dari bumi yang dapat dituliskan, (ii) morfologi dibicarakan mengenai dictio/kata, (iii) sintaksis dibicarakan mengenai oratio yaitu tata susunan kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai. Buku Institutiones Grammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa Latin dan filsafat zaman pertengahan.

C. Zaman Pertengahan

Studi bahasa pada zaman pertengahan mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah peranan:

a. Kaum Modistae

* Mereka menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler dan universal.

* Mereka memperhatikan secara penuh akan semantik sebagai penyebutan definisi bentuk-bentuk bahasa.

* Mereka mencari sumber makna, maka dengan demikian berkembanglah bidang etimologi pada zaman itu.

b. Tata Bahasa Spekulativa

Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat skolastik.

c. Petrus Hispanus

* Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa.

* Membedakan nomen atas dua macam yaitu nomen substantivum dan nomen edjektivum.

* Membedakan semua bentuk yang menjadi subjek/predikat dan bentuk tutur lainnya.

D. Zaman Renaisans

Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada jaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat. 1) Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai bahasa Latin, Ibrani, dan Arab, 2) Bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasaan, penyusunan tata bahasa, dan perbandingan.

E. Menjelang Lahirnya Linguistik Modern

        Sejak awal buku ini sudah menyebut-nyebut bahwa Ferdinand de Saussure dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Diawali dengan pernyataan Sir William tentang adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya telah membuka babak baru sejarah linguistik, yakni dengan berkembangnya studi linguistik bandingan atau linguistik historis komparatif, serta studi mengenai hakekat bahasa secara linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani kuno.

Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional dapat dikatakan bahwa:

a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan.

b) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin.

c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni benar/salah.

d) Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika.

e) Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.

2. LINGUISTIK STRUKTURALIS

Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri yang dimiliki bahasa itu. Tokoh-tokohnya:

A. Ferdinand de Saussure

1) Telaah sinkronik (mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu saja) dan diakronik (telaah bahasa sepanjang masa),

2) Perbedaan langue dan parloe. Lague yaitu keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan parloe sifatnya konkret karena parloe tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari yang satu dengan orang lain.

3) Perbedaan signifian dan signifie. Signifian adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam alam pikiran (bentuk), signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita (makna).

4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.

B. Aliran Praha

Sumbangan aliran ini dalam dalam bidang fonologis (mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem) dan bidang sintaksis dengan menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional.

C. Aliran Glosematik

Aliran Glosematik lahiran Denmark. Tokohnya Louis Hjemslev yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis, dan terminologis sendirian.

D. Aliran Firthian

Nama John R. Firth terkenal karena teorinya mengenai fonolofi prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis.

E. Linguistik Sistemik

Pokok pandangan aliran ini adalah:

* SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa.

* SL memandang bahasa sebagai pelaksana.

* SL mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasinya.

* SL mengenal adanya gradasi/kontinum.

* SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa.

F. Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika

Disebut aliran Bloomfield karena bermula dari gagasan Bloomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.

G. Aliran Tagmemik

Dipelopori oleh Kenneth L. Pike yang mewarisi pandangan Bloomfield. Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (susunan). Tagmem ini tidak dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja. Seperti subjek + predikat + objek dan tidak dapat dinyatakan dengan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda + frase kerja + frase benda, melainkan harus diungkapkan kesamaan dan rentetan rumus seperti:

S : FN + P : FN + O : FN

Fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti oleh fungsi predikat yang diisi oleh frase verbal dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi oleh frase nominal.

3. LINGUISTIK TRANSFORMASIONAL DAN ALIRAN-ALIRAN SESUDAHNYA

Dunia ilmu, termasuk linguistik bukan merupakan kegiatan yang statis melainkan merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu ingin mencari kebenaran yang hakiki. Kemudian orang pun merasa bahwa model struktural itu banyak kelemahannya, sehingga orang mencoba merevisi model struktural. Berikut model-modelnya:

A. Tata Bahasa Transformasi

Tata bahasa transformasi berusaha mendeskripsikan ciri-ciri kesemestaan bahasa. Lalu karena pada mulanya teori tata bahasa ini dipakai untuk mendeskripsikan kaidah-kaidah bahasa Inggris, maka kemudian ketika para pengikut teori ini mencoba untuk menggunakannya terhadap bahasa-bahasa lain, timbullah berbagai masalah. Apa yang tadinya sudah dianggap universal ternyata tidak universal. Oleh karena itu usaha perbaikan mulai dilakukan.

B. Semantik Generatif

Menurut teori generatif semantik, struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah transformasi saja. Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu

C. Tata Bahasa Kasus

Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas:

(1) Modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan

(2) Proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.

D. Tata Bahasa Relasional

Tokohnya David M. Perlmutter dan Paul M. Postal. Tata bahasa relasional (TR) banyak menyerang tata bahasa transformasi (TT), karena menganggap teori-teori TT itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris. Menurut teori bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam wujud yaitu:

(a) Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur;

(b) Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain;

(c) Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada tatara yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.

4. TENTANG ALIRAN DI INDONESIA

A. Pada akhir abad ke – 19 dan awak abad ke 20 pemerintah kolonial sangat membutuhkan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia untuk melancarkan jalannya. Pemerintah kolonial di Indonesia sesuai dengan masanya, penelitian bahasa-bahasa daerah itu baru sampai pada tahap deskripsi sederhana mengenai sistem fonologi, morfologi, sintaksis, serta pencatatan butir-butir leksikal beserta terjemahan maknanya dalam bahasa Belanda atau bahasa Eropa lainnya, dalam bentuk kamus.

B. Konsep-konsep linguistik modern seperti yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure sudah bergema sejak awal abad XX. Namun tampaknya gema linguistik modern itu baru tiba di Indonesia pada akhir sekali tahun lima puluhan kiranya sejak kepulangan sejumlah linguis Indonesia dari Amerika Serikat seperti Anton M Moeliono dan T. W. Kamil. Kedua beliau inilah yang pertama-tama mengenalkan konsep fonem, morfem, frasa, dan klausa dalam pendidikan formal linguistik di Indonesia. Perkenalan dengan konsep-konsep linguistik ini menimbulkan pertentangan karena konsep-konsep linguitik tradisional yang sudah mendarah daging tidak begitu saja dapat diatasi. Perkembangan waktu jualah yang kemudian menyebabkan konsep-konsep linguistik modern dapat diterima.

C. Sejalan dengan perkembangan dan makin semaraknya studi linguistik, yang tentu saja dibarengi dengan bermunculannya linguis-lingui Indonesia, baik yang tamatan luar negeri maupun dalam negeri, pada tanggal 15 November tahun 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior, berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan.

D. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia.

E. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar dengan menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis. Secara nasional bahasa Indonesia telah mempunyai buku tata bahasa baku dan sebuah kamus besar yang disusun oleh para pakar yang handal.